Benua Tenggelam Itu Bernama Sundaland?


Benua yang tenggelam di Asia Tenggara dinamakan Sundaland. Apakah benar nama ini terkait dengan peran Indonesia yang penting sejak zaman es?

Penulis buku 'Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara', Stephen Oppenheimer, dalam mengatakan kalau Sundaland adalah nama yang sudah diakui di dunia.

Sundaland untuk menyebut paparan benua yang sebagian tenggelam di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan sekitarnya. "Sundaland sudah menjadi istilah geologis. Istilah ini sudah lama," kata Oppenheimer pengarang dari buku tersebut.

Oppenheimer maklum kalau orang Indonesia akan memahami Sundaland sebagai Jawa Barat. Namun Sundaland untuk ahli geologi adalah sebuah paparan benua. "Saya tidak tahu kenapa yang dipilih namanya adalah Sunda, bukan pulau lain di Indonesia,".

Penjelasan Oppenheimer diperjelas oleh guru besar geologi Unpad Prof Adjat Sudrajat dalam kesempatan yang sama. Menurut Adjat, Sundaland adalah nama pemberian para pembuat peta dari Portugis. "Saat Portugis menjelajah sampai Indonesia, mereka membuat peta. Karena di Jawa sudah ada kerajaan Sunda, semua wilayah disebut Sundaland,".

Peta inilah yang diperkenalkan kepada ilmuwan Eropa. "Semua pakai nama Sunda. Ada pulau Sunda Besar, Sunda Kecil, sampai Laut Sunda," Oleh karena itu, Asia Tenggara dalam istilah geografi dan geologi disebut Sundaland. Barulah perkembangan zaman memberikan nama Indonesia, Malaysia, Philipine dan seterusnya.


Pesan Rahasia di Balik Gunungan Wayang

Siapa yang tidak tahu gunungan dalam pementasan wayang kulit? Semua berpikir gunungan berasal dari tradisi Hindu. Namun riset terbaru menunjukkan gunungan memiliki akar budaya ribuan tahun saat Indonesia adalah sebuah benua di akhir Zaman Es.

Fakta yang mungkin mengagetkan orang ini diungkapkan seorang profesor asal Universitas Oxford, Inggris, Stephen Oppenheimer. Dalam buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Oppenheimer menjelaskan penduduk di benua Sundaland berimigrasi ke seluruh dunia pada akhir Zaman Es.

Sundaland adalah kawasan Indonesia dan sekitarnya. Saat penduduknya berimigrasi, mereka membawa semua pengetahuan dan budaya mereka, termasuk filosofi luhur soal kehidupan manusia yang paling mendasar yaitu siklus kehidupan, dan kesuburan bumi.

Menurut Oppenheimer, filosofi ini disimbolkan oleh tiga hal yaitu pohon, burung dan ular. Ketiga simbol ini tersebar di seluruh dunia misalnya saja kisah ular naga di berbagai kebudayaan dunia, atau burung yang indah mulai dari phoenix sampai merak, dan kisah pohon kehidupan mulai dari beringin sampai Jack dan pohon kacang ajaib.

Namun di Indonesialah ketiga aktor kehidupan ini masih berkumpul. Berbagai produk budaya di Indonesia, menampilkan pohon, burung dan ular dalam satu tempat. Jika tidak percaya, buktinya adalah gunungan dalam wayang kulit.

Silakan melihat gambarnya, dan Anda akan menemukan pohon, ular dan burung. Motif serupa juga kerap muncul dalam motif kain batik dan tenun ikat Sumatera atau Sumbawa.

Jika Anda berkilah ini adalah pengaruh Hindu, bagaimana dengan motif ornamen rumah suku Dayak Kenyah? Dayak Kenyah tidak terkena pengaruh Hindu dan mereka pun menampilkan pohon, ular dan burung dalam satu tempat.

Pak Dalang hari ini mungkin akan menerjemahkan gunungan wayang sebagai tanda pergantian babak dalam lakon wayang. Gunungan adalah simbol dunia atau hutan rimba. Namun menurut Oppenheimer, ribuan tahun lalu, maknanya tidak sesederhana itu.

Pohon oleh para penduduk Sundaland di masa silam adalah sumber kehidupan. Dari pohon mereka mendapatkan buah-buahan dan tanda kesuburan tanah. Sundaland yang berada di iklim tropis diberkahi dengan hutan lebat, ketika belahan dunia lain berselimutkan es.

Sedangkan burung dan ular adalah simbol dari Sang Pencipta. Burung adalah simbol langit dan juga maskulinitas. Ular adalah simbol bumi dan feminitas. Perkawinan burung dan ular menghasilkan kesuburan bumi.

Pesan-pesan ini perlahan terlupakan, tergantikan atau tereduksi maknanya sebagai hasil peleburan berbagai budaya dunia. Namun di Indonesia, pesan-pesan asli masih bisa ditelusuri sebagai bukti di Nusantaralah peradaban itu berasal.

Tidak ada komentar