Penguasa Kerajaan Salakanagara

Kerajaan Tarumanagara selama ini dianggap merupakan suatu kerjaan tertua di pulau Jawa. Tetapi beberapa naskah kuno dan sebagian ahli sejarah menulis bahwa sebelum kerajaan Tarumanagara di wilayah pasundan (barat Jawa) terdapat beberapa kerajaan, seperti Salakanagara, yang diungkap dalam naskah Wangsakerta, Holotan yang diidentifikasi sebagai Aruteun.


KERAJAAN SALAKANAGARA
Keberadaan tentang kerajaan Salakanagara, diungkapkan dalam naskah Wangsakerta. Kerajaan Salakanagara menurut naskah Wangsakerta  (dalam buku Pustaka Rajya Rajya  I Bumi Nusantara) merupakan suatu kerajaan tertua di Nusantara (130-358 M).  Disamping itu ada sumber dari Cina yang mengungkap tentang keberadaan kerajaan ini.

Kerajaan Salakanagara ini terletak di pesisir Teluk Lada, Pandeglang, dengan ibukota Rajatapura. Rajatapura (kota perak) menurut naskah wangsakerta sebagai kota tertua  di Pulau Jawa, yang hingga tahun 362 M, menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman 1 sampai dengan 8). Konon kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolomeus dalam tahun 150 M.

Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Sedang raja pertama kerajaan Salakanagara, yaitu Dewawarman, yang bergelar Prabu Darmalokapala  Dewawarman haji rakja gpura sagara, yang memerintah sampai tahun 168 M, merupakan menantu Aki Tirem.

TERMINOLOGI (ASAL USUL)
Salakanagara, berasal dari kata Salaka dan nagara. Salaka berarti Perak, sedangkan nagara berarti kota atau negara itu sendiri. Salakanagara bisa diartikan  kota perak. Adanya kota ini juga disebutkan  juga Argyre oleh Ptolomeus, tahun 150 M. Lokasi ini diperkirakan berada di Teluk Lada  sekarang ini, di Kota pandeglang, suatu kota yang terkenal  akan kerajinan logamnya. Pandeglang sendiri berarti pande geulang (pande adalah pembuat kerajinan dari logam, sedang geulang berarti perhiasan yang melingkar di tangan/ gelang). Dan beberapa  orang memperkirakan nama Salakanagara  ada hubungannya  dengan lokasi sekitarnya, Gunung Salak.

Ada dugaan  kota Argyre yang ditemukan oleh Claudius Ptolomeus  tahun 150 M, yaitu kota Perak atau Salakanagara ini. Sedang dari berita Cina dari dinasti Han, ada catatan bahwa raja Tiao-Pien (Tiao = dewa, Pien = Warman), dari kerajan Yehtiao  atau Jawa mengirim utusan / duta  ke Cina pada tahun 132 M.

Dalam sejarah masyarakat Sunda, kota perak ini sebelumnya diperintah  oleh Aki Tirem atau lengkapnya Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya, yang mana kota ini bernama Pulasari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati kepada Dewawarman. Dewawarman  adalah pangeran  yang berasal  dari Palawa di India kidul.

LUAS WILAYAH DAN KEKUASAAN
Daerah kekuasaan kerajaan Salakanagara meliputi seluruh pesisir selat Sunda, yaitu pesisir Pandeglang, Banten wetan, sampai  Agrabintapura (gunung padang, Cianjur), dan juga pulau-pulau di selat Sunda, seperti  Apuynusa / agnynusa (pulau api) yang berada di pulau krakatau dan pesisir selatan  swarnabumi (pulau sumatra).

Sepanjang pantai salakanagara dijaga pasukan Dewawarman termasuk pesisir jawa barat, nusamandala atau pulau sangiang, nusa api dan pesisir sumatra bagian selatan, bertujuan untuk menjaga  keamanan dari gangguan perompak dilautan. Sebagai imbalnny, para pelaut tersebut diwajibkan membayar upeti.

Sejak pra Aki Tirem  wilayah barat pulau jawa tak lekang dari gangguan  para perompak, bahkan keberadaan  Salakanagara tak lepas dari  perlunya penduduk kota perak  mempertahankan diri dari gangguan  para perompak. Disinilah sebenarnya  dewawarman I berkenalan  dengan masyarakat Jawadwipa  dan dari tema inilah kemudian masyarakat Sunda bersentuhan dengan kebudayaan India.

Konon, di era Salakanagara, pemberantasan perompak memang dianggap sulit bahkan  menurut cerita rakya, ketujuh putra Dewawarman terakhir terbunuh  dilaut ketika menghalau perompak. Karena alasan inilah kemudian Salakanagara mengadakan hubungan diplomatik deng Cina dan juga India.


PENGUASA (RAJA RAJA) SALAKANAGARA
~ AKI TIREM (W. 130 M)
Sebelum menjadi kerjaan, wilayah salakanagara pada awalnya di perintah oleh penguasa setempat yang bernama Aki Tirem.
Aki Tirem atau lengkapnya Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya,  berkuasa di suatu kota yang bernama Pulosari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati  dengan Dewawarman,  pangeran  yang berasal  dari Palawa di India kidul, yang kemudia menggantikannya.
Setelah aki Tirem meninggal  pada tahun 130 M, kekuasaannya kemudian diteuskan oleh menantunya, Dewawarman I, yang dinobatkan sebagai raja pertama salakanagara.

~ DEWAWARMAN 1 (mp. 130-168 M)
Pendiri dan sekaligus menjadi raja pertama kerajaan Salakanagara, yang berkuasa dari tahun 130-168 M, dengan gelar Prabu Darmaloka Pala Aji Raksa Gapura Sagara, atau terkenal dengan nama Dewawarman 1.

Pada awalnya ia merupakan duta keliling  kerajaaan Pallawa dari Bharata (India) di pulau Jawa. Ia kemudian menetap di Barat Pulau Jawa (sekitar Pandeglang) karena menikah dengan putri penguasa  setempat, Aki Tirem, yang bernama  Dewi Pwahaci Larasati.
Setelah aki Tirem meninggal  pada tahun 130 M, ia kemudian menggantikannya, dan kemudian dinobatkan sebagai raja pertama Salakanagara dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara, sedang Dewi Pohaci  di beri gelar Dwi Dwan Rahayu. Dan pada saat itu  juga diberlakukan penanggalan sunda yang kemudian dikenal dengan sebutan saka sunda. Ia juga mendirikan ibukota Rajatapura.
Deawawarman berkuasa selama 38 tahun, sejak dinobatkan pada tahun 52 saka (130 M) hingga 168 M. Selama masa pemerintahannya, ia mengutus adiknya yang merangkap menjadi senopati, bernama Bahadur Harigama untuk menjadi  raja daerah  di Mandala Ujung Kulon, sedangkan adiknya yang lain yag berman Sweta Liman sakti dijadikan raja daerah Tanjung Kidul dengan ibukota Agrabhitapura.
Dewawarman 1 berkuasa selama 38 tahun dan kemudian digantikan oleh anaknya, Dewawarman 2.
*) Nama Aghrabinta  dimungkinkan terkait dengan nama daerah di Cianjur selatan  yang sekarang  menjadi perkebunan agrabhinta, hanya karena sulit diakses daerah tersebut menjadi tertinggal.

~ DEWAWARMAN 2 (mp. 168—195 M)
Raja kedua Salakanagara dari dinasti Dewawarman, dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra, yang menggatikan ayahnya, Dewawarman 1.
Ia merupakan putra sulung dari Dewawarman 1 dengan Dewi Pohaci.
                                       
~ DEWAWARMAN 3 (195-238 M)
Raja ketiga dinasti Dewawarman, dengan gelar Prabu Singa  Sagara Bima Yasawirya, menggantikan ayahnya, Dewawarman 2.

~ DEWAWARMAN 4 (238-252 M)
Ia menjadi raja ke-4 kerajaaan Salakanagara, dari  dinasti Dewawarman. Ia merupakan menantu Dewawarman 2, yang merupakan raja Ujung Kulon.

~ DEWAWARMAN 5 (252-276 M)
Ia menjadi raja Salakanagara ke-5 dari dinasti Dewawarman, menggantikan mertuanya, Dewawarman 4.
Ia menikah dengan putri sulung Dewawarman 4, yang bernama Mahisasuramardini Warmandewi, yang kemudian menggantikannya setelah suaaminya (Dewawarman 5) meninggal dunia.

~ MAHISASURAMARDINI WARMANDEWI (276—289 M)
Ia merupakan  putri tertua Dewawarman 4 dan istri dari dewawarman 5. Ia menggantikan suaminya sebagai raja ke-6, ketika suaminya  gugur  melawan bajak laut.

~ DEWAWARMAN 6 (289-308 M)
Raja ke-7 dinasti Dewawarman. Ia dijuluki Sang mokteng Samudra. Ia merupakan putra tertua Dewawarman 5. Ia naik tahta dinasti Dewawarman menggantikan ibunya, Mahisa Suramardini.

~ DEWAWARMAN 7 (308-340 M)
Raja ke-8 dinasti Deawarman, dengan gelar  Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati. Ia merupakan putra tertua  Dewawarman 6.

~ SPHATIKARNAWA WARMANDEWI (340-348 M)
Raja ke-9 kerajaan Salakanagara dari dinasti Dewawarman. Ia merupakan putri sulung Dewawarman 7.

~ DEWAWARMAN 8  (348-362 M)
Raja ke-10  kerajaan Salakanagara dari  dinasti Dewawarman, dengan gelar  Prabu Darmawirya Dewawarman. Ia merupakan cucu Dewawarman 6 yang menikahi Sphatikarnawa.
Dewawarman 8 mempunyai beberapa orang anak. Yang sulung, seorang perempuan yang bernama Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, disebut juga Minati, yang kemudian menikah dengan Jayasingawarman, yang kemudian menggantikanya, dan memindahkan ibukotanya ke Tarumanagara, sehingga kerajaan ini berubah  dengan nama tarumanagara.
Dari istrinya yang kedua, Dewi Candralocana, putri Sang Kudungga, dari kerajaan Bakulapura, Kutai, ia mempunyai  putra yang bernama  Aswawarman, yang ketika masih kecil (orok beureum) di asuh oleh kakeknya di Kutai, Kudungga.
Anaknya  yang ketiga bernama Dewi Indari, yang kemudian menikah dengan Maharesi Santanu, raja Indraprahasta (Cirebon Kidul). Anaknya yang ke-4, bernama Dewawarman, pindah ke Sumatra (Swarnadhipa),  yang kemudian menurunkan raja raja Sriwijaya, diantaranya Adityawarman.
Dewawarman 8 merupakan raja terakhir Salakanagara. Ia kemudian digantikan oleh menantunya,  Jayasingawarman, yang kemudian memindahkan kekuasaanya ke sekitar sungai Citarum, dan negaranya kemudian terkenal dengan nama Tarumanagara.


TRANSISI DARI SALAKANAGARA KE TARUMANAGARA
Kerajaan Salakanagara hnya berdiri selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 M hingga 362 M.  Raja terakhir, Dewawarman VIII, yang bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman (mp. 348-363 M), menyerahkan kekuasaannya kepada menantunya, yaitu Jaya Singawarman. Jayasingawarman  kemudian merubah nama kerajaan jadi tarumanagara  serta memindahkan ibukotanya ke sebelah wetan dekat Bekasi sekarang. Dan kerajaan salakanagara  sendiri statusnya menjadi kerajaan bawahannya.

Jayasingawarman adalah maharesi yang berasal  dari Salankayana di India, yang mengungsi ke Nusantara  karena megrinya  ditaklukan oleh Maharaja Samudragupta dari kerajaan Magada  India.

BUKTI KEBERADAAN SALAKANAGARA
Salakanagara  di dalam naskah Wangsakerta disebut-sebut sebagai kerajaan paling awal yang ada di nusantara. Dan sumber-sumber (cerita local / cerita rakyat) juga menceritakan hal itu.

Tetapi sumber berita yang sangat berpengaruh  dan memberikan inspirasi  bagi par peneliti adalh adanya berita dari tanah Cina, yang menyebut Raja Yeh Tiao bernama Tiao Pien  mengirimkan utusan ke negeri Cina (dinasti Han) pada tahun 132 M. Nama Yeh Tiao diduga Yawadhipa atau Yabadiu (Jawa), sedangkan Tiao pien dipersamakan dengan Dewawarman (Tiao = dewa, Pien = Warman).

Berita Cina bukan satu-satunya  sumber rujukan, karena keberadaanya dianggap lebih serius setelah dihubungkan dengan tulisan-tulisan Ptololmeus, ahli ilmu bumi dari Mesir, dalam bukunya “Geographia”, yang ditulis pad tahun 150 M. Ptolomeus menyebutkan diujung barat Iabadiou (Jawadhipa) terletak Argyre (kota perak). Dari kedua berita ini para ahli menarik kesimpulan tentang adanya sebuah kerajaan di barat pulau jawa. Sekalipun dalam rentang perjalanan waktu, kesimpulan para ahlipun berubah-ubah, bahkan ada yang menganggap  kota Argyre berada di barat Thailand.

Dan kedua sumber tersebut semakin menguatkan tentang keberadaan Salakanagara yang diungkapkan dalam naskah Wangsakerta, disamping nama-nama yang berkesesuaian. Salakanagara (kota perak) hal yang dipersamakan  dengan arti argyre (sumber Ptolomeus),  dan Tiao Pien dengan Dewawarman (Tiao = dewa, Pien = Warman) sumber dari Cina.

PENINGGALAN SALAKANAGARA
Dalam sejarah lokal, konon letak Salakanagara berada di sekitar teluk lada Pandeglang Banten. Peninggalan yang dianggap berasal dari Salakanagara tersebar di Hunjuran, Citaman, pulosari, dan ujung kulon. Bahkan diperkirakan memiliki kaitan dengan wilayah  gunung salak, caringin kurung dan gunung padang di cianjur, yang terkenal dengan situs megalitiknya.

Tidak ada komentar